Sabtu, 16 Mei 2009

13 Kiat Meraih Berkah dalam Usaha


Oleh : Abdurrahman Yuri RG

Keberkahan adalah harga mutlak saat meniti dunia usaha. Apapun jenisnya, berkah atau tidak usaha tersebut, hendaknya menjadi goal yang diagungkan. Usaha yang dikerjakan, tidak hanya berputar masalah untung rugi dalam hitungan duniawi. Namun ia juga harus dibumbui oleh nilai-nilai ukhrawi, yaitu keberkahan. Karena berkah oriented adalah sebuah deklarasi seorang hamba yang mendambakan ketenangan dan ketentraman dalam hidup.

Sebagaimana sebuah hadist yang mengatakan, ”barang siapa yang memudahkan urusan seseorang, maka Allah swt akan memudahkan urusannya”. Hendaknya hadist tersebut menjadi tuntunan dalam menganyam usaha yang berkah. Usaha yang mendatangkan keselamatan dan rahmat dari Allah swt.

Lalu mengapa harus menempatkan keberkahan dalam berusaha, sebagai asas utamanya? Jawabnya karena dengan keberkahan, berbagai manfaat akan dapat kita tuai.

Diantaranya adalah hati yang tenang, nyaman dan kokoh dalam keyakinan kepada Allah. Selain itu, pertolongan Allah pun akan mudah mengalir dalalam setiap aspek kehidupan. Begitu juga dengan kemudahan dalam beribadah, akan menjadi salah satu manfaat dari usaha yang berkah. Ibadah yang dikerjakan, akan menjadi ringan, tanpa kesulitan yang berarti.

Manfaat yang lain, kerja yang dilakukan akan menjadi efektif dan efisien. Tidak ada yang terbuang percuma. Semuanya menjadi straight to the point, karena apa yang dilakukan, senantiasa dalam tuntunan Allah.

Dan yang paling penting, keselamatan dunia akhirat menjadi jaminan dan janji Allah akan setiap usaha yang dialiri oleh nilai-nilai keberkahan.

Jadi, mengapa masih meragukan pentingnya nilai keberkahan, bila begitu banyak manfaat yang dapat dituai?

Karenanya, dalam tulisan ini akan disampaikan 13 kiat bagaimana meraih keberkahan dalam usaha, yaitu:

Pertama, pengetahuan dan keterampilan.

”Apabila urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya” (HR. Bukhari). Hadist ini menegaskan bahwa kunci dari usaha yang berkah adalah ilmu. Jadi, saat akan memilih seseorang, haruslah dilihat kredibilitasnya. Layak atau tidak ia ditempatkan dalam posisinya. Ini harus dicamkan sebaik mungkin. Sebab, banyak usaha yang bangkrut atau merugi, karena menyerahkan pengelolaannya pada orang yang tidak ahli.

Kedua, niat.

Apa yang membedakan antara sholat shubuh dengan sholat tahyatul masjid? Tentu saja pada niatnya, karena jumlah rakaat di kedua sholat tersebut, sama-sama dua rakaat. Begitu juga dalam melakoni dunia usaha. Jangan sampai niat dalam berusaha, tereduksi hanya sekedar mencari uang atau hal-hal yang berbau materi. Amatlah merugi! Sebab banyak orang yang amalnya lepas-lepas begitu saja karena tidak pakai niat. Hendaknya setiap usaha, dipayungi oleh niat untuk taat dan kenal kepada Allah. Yang akhirnya membawa pada semakin kuatnya keyakinan akan janji dan jaminan Allah

Ketiga, taqwa.

Dalam surah At Thalaq: 2-3, Allah berfirman, “ Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya (Allah) akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka”. Itulah kekuatan dari takwa, dengan menyerahkan segala urusan pada Allah, maka Allah yang akan menyelesaikan urusan tersebut. Ikhtiar yang dilakukan, hendaknya dipahami sebagai bentuk usaha manusia, bukan sebuah kepastian terselesainya suatu urusan.

Keempat, kejujuran.

Rasullullah pada seribu empat ratus tahun yang lalu, telah dikenal dengan panggilan al-amin (yang dipercaya), atas kejujurannya. Ini menunjukkan keutamaan dari kejujuran dalam hidup. Begitu juga dalam dunia usaha. Jangan gadaikan hidup dengan ketidakjujuran. Orang yang tidak jujur akan ditinggalkan dan dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya. Dunia usaha yang dibangun atas dasar kepercayaan, akan membuat orang yang tidak jujur, tertolak keberadaannya. ”Sesungguhnya kebenaran membawa ketenangan dan kedustaan menimbulkan keraguan” (HR. Tirmidzi).

Kelima, tekun (istiqamah).

Ketekunan atau istiqamah mendatangkan karamah (kemuliaan). Dalam dunia usaha, hal ini juga berlaku. Tidak ada satu pun usaha akan berhasil, jika tidak ditekuni. Jadi kuncinya adalah tekun. Yang berarti fokus dalam mengelola usaha yang saat ini dilakukan. Karena dominan masalah dalam dunia usaha, adalah kurangnya ketekunan.

Keenam, tawakal.

Bila kita di dalam jurang, dan hanya ada seutas tali yang tergantung erat. Apa yang harus dilakukan? Tentu saja kita berpegangan kuat pada tali tersebut. Sebab kita tahu, tali itu lah yang akan menyelamatkan kita. Itu juga berlaku pada konsep tawakal. Dengan berserah diri hanya kepada Alllah, maka yakinlah bahwa Allah mengurus rejeki kita. Ini adalah aplikasi dari konsep tauhid. ”Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan keperluannya” (QS. Ath. Thalaq:3).

Ketujuh, bangkit lebih pagi.

Usahakan tidak tidur ba’da shubuh. Karena keberkahan dan rejeki ada saat selesai sholat shubuh hingga fajar menjelang. Perbanyak aktifitas atau sedekah. Kebiasaan ini tidak hanya membawa keberkahan atas usaha yang dilakukan pada siang harinya, tapi juga akan membuat kita siap menghadapi tantangan pada hari itu.

Kedelapan, dzikrullah.

Senantiasa melafazkan dzikir, akan mendatangkan banyak manfaat. Menghiasi hari dengan mengingat Allah, akan menjauhkan diri dari tipu daya setan. Ucapan dzikir seperti, ya Fattah, itu membuka urusan. Ya Rozak, itu yang membuka pintu rejeki. Bisa juga dengan istiqfar, yang banyak manfaatnya. Seperti diampuni dosa, diberikan ketentraman dan diberikan rejeki dari arah yang tidak di duga-duga.

Kesembilan, syukur.

”Jika kalian bersyukur, maka Allah akan menambah nikmat itu kepada kalian dan jika kalian ingkar, maka siksa Ku amat keras” (QS. Ibrahim:7). Ini adalah janji dan jaminan Allah. Perilaku yang tidak hanya mengantarkan pada rahmat Allah, namun juga kasih-Nya.

Sepuluh, toleransi.

Bentuknya bermacam-macam. Diantaranya dengan mempermudah orang yang berhutang. Bila ia belum mampu melunasinya, dalam Islam diajarkan untuk menangguhkan waktu pelunasannya, kalau perlu di bantu, atau dikurangi. Bila memungkinkan, hutang tersebutkan dihalalkan. Jika ada hutang yang dihalalkan, lihat saja pertolongan Allah nanti seperti apa. ”Allah Mengasihi orang-orang yang longgar apabila menjual dan apabila membeli dan jika menagih hutang” (HR. Bukhari).

Sebelas, zakat dan infaq.

Jika ingin terbukanya pintu rejeki, harus membukakan pintu sedekahnya. Jangan khawatir akan kekurangan, karena tidak ada ceritanya, ada orang yang menjadi miskin karena mengeluarkan hartanya untuk zakat, infak atau pun sedekah.

Duabelas, qanaah.

”Bukannya kekayaan itu karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya jiwa” (HR. Bukhari Muslim). Yakinilah ini dan jadikan sifat qanaah (merasa cukup) sebagai sikap hidup dalam melakoni dunia usaha. Dengan begitu, insya Allah keberkahan rejeki akan menghampiri.

Tigabelas, silaturrahmi.

Kadang kala kita berdoa minta rejeki, tapi kita sendiri yang menolaknya. Oleh Allah didatangkan rejeki lewat konsumen, namun tertolak karena perilaku kita. Karenanya jangan mengusir konsumen dengan perilaku negatif. Hormati dan perluas silaturrahmi. Itu dapat membuka jalan bagi datangnya rejeki.

Semoga dengan 13 kiat ini, keberkahan di dunia usaha akan terwujud. Sebagaimana ikrar bahwa hidup dan mati hanya untuk Allah, maka keberkahan adalah hasil nyata akan kebenaran dari ikrar tersebut. Ikrar yang menuju keselamatan dunia akhirat. (Abdurrahman Yuri RG, Pembina Yayasan Daarut Tauhiid).

Sumber :
http://www.dpu-online.com/index.php?artikel/detail/13/1537/artikel-1537.html
17 Mei 2009

Sumber Gambar :
http://media.photobucket.com/image/kerja%20keras/firaprasa/LuarBiasaBlogger.jpg

3 komentar:

  1. artikelnya sangat bangus cukup menambah motivasi diri,pamit mau ngopy. trim kasih

    BalasHapus
  2. Tulisan anda bagus sekali, terima kasih atas info yang anda berikan
    Silakan ke blog saya juga yah di http://blogsakinah.wordpress.com/

    BalasHapus