Sabtu, 16 Mei 2009

Mencari Rejeki dalam Naungan Allah


Harapan karunia Allah

Diantara perjuangan kita pada saat ini adalah bagaimana caranya untuk mempertahankan kehidupan di dalam era perkembangan yang modern ini. Dalam mencari kebutuhan hidup bukanlah suatu yang mudah untuk sekarang ini apalagi di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan, ditengah ketidakpedulian dan keseriusan bagi pemerintah yang dihadapi oleh rakyat kebanyakan, maka kemudian kita harus kembali kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Dalam firman Allah SWT dapat diisyaratkan kepada kita bahwa salah satu cara untuk mampu mengatasi masalah yang kita hadapi sehari-hari adalah untuk selalu bergerak dan bergerak. Di dalam ayat tersebut ditunjukkan bagaimana kebiasaan orang quraisy itu untuk selalu berpindah-pindah dari suatu tempat diwaktu musim dingin ke negeri Yaman ataupun ke negeri panas pada saat musim tropis di Syam dan begitulah merupakan watak kaum quraisy, karena pada saat itu Kota Makkah dikenal suatu negeri yang tandus dan kering kerontang atau negeri yang tiada kehidupan dan negeri yang tidak mungkin orang bisa hidup, tetapi pada hari ini dengan cadangan minyak dunia yang tersebar di Saudi Arabia. Kalau kita bisa melihat keadaan ini sangat dipengaruhi oleh seorang sosok yang di dalam Al qur’an disebut dengan kholilullah yaitu Nabi Ibrahim as. Ketika Nabi Ibrahim as datang ke negeri Makkah, beliau berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT. Dalam do’anya sungguh luar biasa doa yang dibacakan oleh nabi Ibrahim as ini.

Di Saudi Arabia tidak kehilangan sumber daya alam dan hari ini mereka hidup dalam kemakmuran yang sangat luar biasa dan di dalam ekonomi internasional yang kita ketahui bersama bahwa Kolonialisme itu justru muncul dari negara-negara barat yang miskin akan sumber daya, mereka kemudian mengarungi laut untuk mendatangi negeri-negeri kaya akan alam dan sumber daya seperti negara Indonesia ini, yang kaya akan minyak bumi, gas, mineral, batu bara, emas, perak dan masih banyak lag! kekayaan yang lain. Tetapi kenapa kita masih miskin dan tidak mampu untuk mengolah dan memanfaatkannya.

Nabi Ibrahim as mengajarkan kepada kita agar di dalam mengelola kehidupan ekonomi yang harus kita ingatkan adalah kita keluar dari rumah untuk 24 Jam bekerja, tetapi kita melupakan yang mempunyai rejeki itu sendiri. Kunci langit dan bumi beserta segala isinya itu ada ditangan Allah SWT, jika kita mendapatkan rejeki maka sucikanlah Allah, pujilah Dia, rayulah Dia, sehingga hatinya bergerak untuk memberikan rejeki kita yang halal dan banyak. Oleh karena itu tidak lain kita diperingatan Allah SWT “ditangan-Nyalah terletak kunci, langit dan bumi“, kalau begitu kita hanya sekedar mengupayakan dan mengeluarkan keringat energi siang dan malam kita bertempur ternyata penghasilan kita hanya biasa-biasa saja dan pas-pasan saja karena sesungguhnya kita tidak meminta ijin kepada Allah SWT. Untuk itu marilah kita ubah cara pandang, bahwa bekerja keras itu bukanlah sesuatu yang salah, tetapi bekerja karena ijin Allah SWT akan merubah cara pandang kita.

Ada salah satu penelitian yang meneliti tingkat produktivitas umat Islam di perusahaan Jepang yang dilakukan oleh mahasiswa. Ada pertanyaan yang sangat sederhana apakah sholat dhuha meningkatkan produktivitas kerja atau tidak, karena di dalam melakukan sholat dhuha ada permintaan kita yang luar biasa dengan ucapan doa “Allahumma inna dhuha-a dhuha uka, wal baha-a bahaa uka wal jamaala jamaaluka wal quwwata quwwatuka, wal qudrata-qudratuka, wal ishmata ishmatuka, Allaahumma in kaana rizqii fis samaai faanzilhu, wa in kaana fil ardhi fa akhrijhu …..” Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu, kecantikan itu kecantikan-Mu, kekuasaan itu kekuasaan-Mu dan perlindungan itu perlindungan-Mu. Ya Allah jika rizqiku masih di atas langit, turunkanlah, jika ada di dalam bumi keluarkanlah …….”. Penelitian ini menunjukan sangat luar biasa apakah sholat dhuha itu dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Ada orang Bangladesh yang beberapa waktu lalu kita melihat disalah satu stasiun tv seorang yang bernama Yunus yang mendapatkan hadiah nobel dia membuat sebuah ide yang sangat cemerlang. Kemudian Yunus menyampaikan idenya “selama ini orang miskin tidak pernah mendapatkan akses perbankan bahkan ada orang miskin datang ke salah satu Bank termasuk bank syariah mereka tidak akan pernah mendapatkan pembiayaan, karena mereka selalu ditanya yang tidak masuk akal seperti : menanyakan tentang NPWP, SIUP dan legalitasnya usaha, tetapi buat Yunus karena dia mempunyai kemauan untuk merubah nasib bangsanya maka orang-orang miskin ini bisa mendapatkan pembiayaan tanpa harus mendapatkan persyaratan yang sangat sulit diperolehnya, siapa yang menjamin itu semuanya ternyata Yunusnya sendiri.

Sepintas kalau kita perhatikan sebenarnya para pengelola, usaha kecil menengah yang semestinya yang pantas untuk mendapatkan penghargaan dari negara. Mereka bukan obligor, mereka bukan yang menggunakan dana BLBI padahal mereka usaha berjuang dengan hasil keringatnya, tetapi justru mereka digusur. Padahal pada waktu pilkada UKM-UKM inilah yang memilih para gubenur, tetapi justru setelah terpilih mereka tidak diperhatikan oleh pemerintah.

Memadukan doa dan ikhtiar

Allah SWT menjanjikan kepada kita bahwa masih ada rejeki-rejeki Allah yang ghaib. Rejeki itu bisa kita dapatkan dengan cara-cara Islami Allah selalu mengatakan “wa yukii muunasholaata wa mimmaa rojaknaahurn yun fikun” dimana dikatakan bahwa infaq dan shadaqoh itu apabila kita berusaha maka Allah akan melipat gandakan apa yang kita ikhtiarkan tadi, dalam ilustrasi Al qur’an 1 berbuah menjadi 7, dan 7 akan menghasilkan 100. Atau 1 rupiah yang kita keluarkan, akan diganti oleh Allah menjadi 700 ratus kali lipat. Kalau ini kita menyakini insya Allah tidak ada lagi krisis ekonomi di negara kita. Kita jangan takut kepada kehidupan karena Allah SWT telah mentakdirkan dunia beserta segala isinya diwariskan kepada hamba-Nya yang beriman, oleh karena itu mintalah kepada Allah SWT, berjuanglah tetapi jangan pernah berdoa saja atau sebaliknya hanya berjuang saja tetapi mari kita padukan antara doa dan ikhtiar, kita jadikan fikir dan dzikir menjadi satu kesatuan yang seimbang. Khasanah yang diberikan masih begitu banyak, sebagaimana di negara Saudi Arabia lewat do’anya nabi Ibrahim as.

Marilah kita membangun ekonomi yang berbasis syariah
seperti apa caranya, kita harus menghadirkan yang disebut “maqashid syarriyyah” ada 5 parameter yang dijadikan sebagai tolak ukur, apakah kita ini telah mempratekan syariah atau tidak :

Terpeliharanya agama. Ketika kita akan berusaha apakah keyakinan kita ini dikorbankan atau tidak.
Terpeliharanya akal, jangan sampai kemudian apa yang kita nikmati membuat kita menjadi bodoh, jabatan dan harta yang kita miliki menjadi kehilangan kritis
Terpeliharanya jiwa, di dalam Al qur’an, Allah SWT telah mengilustrasikan siapa yang membunuh satu orang sama dengan membunuh seluruh umat manusia.
Terpeliharanya keturunan, bagaimana eksistensi keturunan kita menjadi lebih baik. Ada sebuah impian seorang ayah ketika dia sudah menjadi tua sangat mengharapkan ada generasi yang melanjutkan seperti mendo’akan orang tuanya.
Terpeliharanya harta.
Jika kelima parameter ini kita jadikan sebagai acuan dan pedoman insya Allah kita dapat memperkuat Aqidah dan muamalah. Mudah-mudahan Allah memberikan kepada kita rejeki yang berlimpah, rejeki yang luas serta rejeki yang banyak sehingga kita
mendapatkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Amin.

Sumber : Indah Mulya, No. 474 Th. VI 25 Mei 2008

Sumber :
http://mimbarjumat.com/archives/76
17 Mei 2009

Sumber Gambar :
http://www.formatnews.com/photo/1218415436petani08.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar